Want to create interactive content? It’s easy in Genially!

Get started free

Membaca Konstruksi dari Kacamata Auditor

Kristian Ginting

Created on July 1, 2025

Panduan Ringkas Memahami Dampak Ketidaksesuaian Pekerjaan Pembangunan Gedung dengan Standar Teknis dan Peraturan

Start designing with a free template

Discover more than 1500 professional designs like these:

Transcript

Membaca Konstruksi dari Kacamata Auditor

Panduan Ringkas Memahami Dampak Ketidaksesuaian Pekerjaan Pembangunan Gedung dengan Standar Teknis dan Peraturan

Start

Index

Gambaran Umum

Misi Buku Pintar ini

Komponen Konstruksi Gedung

Apa aja ya?

Dampak Ketidaksesuaian

Kalau ga sesuai akibatnya apa ya?

Quiz

Evaluasi materi

Korelasi dengan Perhitungan Kerugian Negara

O ini hubungannya

Tujuan

Kenapa harus baca buku ini ya?

Buku pintar ini dapat mempermudah pemeriksa dalam mengetahui aspek-aspek konstruksi gedung yang bisa berkaitan dengan perhitungan kerugian negara

Buku pintar ini dapat menjembatani antara ilmu teknis dari bidang konstruksi dengan ilmu pemeriksaan dalam perhitungan kerugian negara

Buku pintar ini dapat menambah ilmu pemeriksa dalam berdiskusi dengan ahli agar dapat melakukan pemeriksaan secara optimal

Memperkaya Ilmu

Menjembatani

Mempermudah

Elemen Struktur Utama

Di gedung itu ada apa aja ya??

Kolom dapat diartikan sebagai kaki dan tulang punggung sebuah bangunan. Kolom memikul beban vertikal dari balok, pelat lantai, dinding dan berat bangunan lainnya. Kolom berfungsi menyalurkan beban vertikal yang telah diterima ke pondasi. Kolom juga memiliki peran dalam menahan beban lateral seperti beban dari gempa.

Pondasi berfungsi untuk mendistribusikan seluruh beban yang berasal dari struktur atas secara merata ke dalam tanah. Pondasi memiliki 2 jenis yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.

Balok berfungsi untuk menahan beban lentur dan gaya geser dari sebuah bangunan. Balok akan menopang beban dari pelat lantai dan dinding yang akan disalurkan ke kolom. Balok berfungsi memberi kekakuan horizontal pada bangunan dan distribusi beban yang merata.

Pelat lantai berfungsi untuk menopang beban hidup (orang, furnitur, dll) dan beban mati (berat pelat lantai, ubin, dll) yang ada di bangunan yang akan disebarkan ke struktur di bawahnya.

Kolom

Balok

Pelat Lantai

Pondasi

Merupakan elemen struktur horizontal yang menyalurkan beban dari pelat ke kolom

Merupakan elemen struktur vertikal yang menyalurkan beban dari balok dan pelat ke pondasi

Merupakan elemen struktur datar horizontal yang menyalurkan beban ke balok, dinding ataupun kolom

Merupakan bagian struktur bawah gedung yang menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah

Sumber: Wight, J.K. & MacGregor, J.G. (2012). Reinforced Concrete: Mechanics and Design. Imran, Iswandi, (2019). Handout Struktur Beton

Material Utama

Bahan-bahan bangunan ada apa aja ya?

Agregat halus umumnya berupa pasir alami atau pasir hasil pecahan batu (pasir buatan). Agregat halus berfungsi untuk Mengisi rongga antar agregat kasar dan Meningkatkan daya ikat antara pasta semen dan agregat. Agregat kasar umumnya berupa kerikil alami atau batu pecah dari granit, basalt, atau batu kapur. Agregat kasar Memberikan kekuatan mekanik utama pada beton dan membantu beton tahan terhadap susut.

Beton disusun oleh agregat, semen dan air. Beton kuat dalam menahan gaya tekan tetapi lemah pada gaya tarik sehingga membutuhkan baja tulangan. Beton tahan terhadap suhu tinggi dan api. Kualitas beton sangat bergantung terhadap material penyusunnya dan metoda pelaksanaan dalam pembuatan beton.

Baja Tulangan terdiri dari dua jenis yaitu baja ulir dan baja polos. Baja tulangan memiliki elastisitas dan daktilitas yang baik untuk memperkuat beton. Baja tulangan membantu memperkuat beton untuk menahan gaya gempa. Baja tulangan tahan lama bila beton padat dan tidak retak

Semen terbuat dari pembakaran pembakaran campuran batu dan tanah liat. Semen bersifat reaktif terhadap air, melepaskan panas dan dapat mengeras ketika dicampur dengan air.

Beton

Baja Tulangan

Semen

Agregat

Material bangunan untuk memperkuat beton dalam menahan gaya tarik. Baja tulangan ditempatkan di dalam cetakan sebelum beton dicor.

Material bangunan yang merupakan campuran dari air, semen dan agregat. Beton sangat kuat dalam menahan beban tekan.

Material bangunan yang menjadi bahan perekat antar agregat agar menjadi satu beton. Kualitas semen akan mempengaruhi kuat beton

Material bangunan yang terbagi dalam dua jenis yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil). Agregat merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan beton.

Sumber: Wight, J.K. & MacGregor, J.G. (2012). Reinforced Concrete: Mechanics and Design. Imran, Iswandi, (2019). Handout Struktur Beton

Kerusakan Bangunan

Landasan Peraturan Terkait Kerusakan pada Bangunan

Berdasarkan PP No. 16 Tahun 2021 & PerMen PUPR No 24 Tahun 2008, Bangunan harus memenuhi beberapa keandalan bangunan yang mencakup keselamatan, kenyamanan dan efisiensi suatu bangunan. Jika ditemukan kerusakan yang menyebabkan bangunan tidak lagi memenuhi keandalan atau tidak laik fungsi, maka bangunan tersebut perlu diperbaiki, direhabilitasi, atau bahkan dinyatakan rusak berat. Berikut beberapa klasifikasi kerusakan pada bangunan, yaitu:

  • Kerusakan Ringan
Terjadi pada elemen non-struktural dan tidak melanggar keselamatan pengguna gedung
  • Kerusakan Sedang
Terjadi sebagian pada elemen struktural dan non struktural serta mulai memengaruhi kelaikan gedung
  • Kerusakan Berat
Terjadi pada sebagian besar elemen struktural gedung serta membuat gedung tidak laik fungsi dan dapat membahayakan jika tidak diperbaiki

Buku ini akan membahas beberapa kerusakan yang dapat terjadi pada bangunan yang berdampak pada kelaikan gedung dan elemen struktur gedung

Kerusakan Bangunan

Hal-hal yang terjadi jika pembangunan tidak sesuai dengan standar dan peraturan

Lendutan Balok dan Pelat Lantai Kondisi di mana permukaan pelat dan balok mengalami penurunan atau pembengkokan akibat tidak mampu menahan beban. Getaran berlebihan terjadi saat struktur lantai tidak cukup kaku sehingga terasa bergoyang saat diinjak.

Kebocoran di Atap dan Saluran Air Perembesan air yang masuk ke dalam bangunan melalui celah atau sambungan yang tidak kedap air, seperti talang, atap, atau dinding. Hal ini menimbulkan kelembaban dan kerusakan finishing.

Keretakan pada Elemen Struktur Atas Garis patahan atau celah pada elemen beton akibat tekanan atau gaya yang melebihi kapasitas material. Retak dapat bersifat ringan hingga berat, dan bisa menjadi tanda awal kegagalan struktur.

Penurunan pada Pondasi Kondisi di mana pondasi bangunan turun secara tidak merata karena tanah dasar tidak mampu menahan beban. Hal ini dapat menyebabkan keretakan pada struktur atas.

Akibat
Sebab

Keretakan pada Elemen Struktur Atas

Pengujian
Standar & Peraturan

Hammer Test

Pengujian Non-destruktif untuk menilai mutu beton

Hammer Test adalah uji non-destruktif (tidak merusak struktur) yang digunakan untuk memperkirakan kuat tekan beton pada permukaan elemen struktural.

  • Pengujian harus dilakukan di permukaan yang rata
  • Pengujian dilakukan pada minimal 10 titik pada tiap elemen struktural
  • Alat harus dikalibrasi sebelum digunakan
  • Alat harus digunakan tegak lurus terhadap permukaan yang ingin diuji
  • Hammer Test tidak mengukur kekuatan dalam beton secara menyeluruh (hanya permukaan)

Core Drill

Pengujian destruktif untuk menilai mutu beton

Core drill test adalah metode uji destruktif (merusak sebagian) dengan mengambil sampel beton berbentuk silinder dari struktur bangunan.

  • Pengambilan sampel dilakukan pada 3 titik setiap 15 m³ dan tambahan 1 titik untuk setiap 15 m³ beton berikutnya
  • Titik uji dipilih secara representatif terhadap area yang dicurigai mutu betonnya tidak sesuai serta hindari lokasi tulangan utama
  • Pada saat pengambilan sampel pada beton dan kolom, lakukan pada bagian tengah bentang
  • Jika hasil evaluasi ≥ 85% dari nilai kuat desain, struktur dianggap memenuhi syarat mutu.

Ultrasonic Pulse Velocity

Pengujian Non-destruktif untuk menilai mutu beton

UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) adalah uji non-destruktif yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk menilai kepadatan, kekompakan, dan integritas internal beton.

  • Pengujian dilakukan pada minimal 10 titik atau pada grid 1 m – 2 m antar titik
  • Pilih titik yang mewakili area kritis: tengah bentang, dekat sambungan cor, area dengan retak, area penyangga beban berat.
  • Permukaan beton harus rata dan bersih. Gunakan coupling gel atau air untuk memastikan gelombang merambat baik.
  • Jika nilai < 3,0 km/detik pada zona penting (kolom/struktur utama) dapat diartikan mutu beton buruk sehingga dapat diminta uji core sebagai konfirmasi.

SNI 2847:2019

Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung

Penempatan Baja Tulangan

Mutu Beton & Syarat Kuat Tekan

  • Selimut beton berfungsi untuk melindungi baja tulangan dari cuaca atau efek lainnya. Ketebalan selimut beton minimum dihitung berdasarkan jenis tulangan dan kondisi paparan.
  • Tulangan sengkang harus ditempatkan pada posisi yang benar (dekat serat tarik dan serat tekan) dan diangkur dengan baik. Setiap bengkokan pada sengkang harus mengelilingi tulangan longitudinal agar efektif menahan geser.
  • Harus ada toleransi dimensi tulangan yang dapat berpengaruh pada kekuatan beton.
  • Kuat tekan minimum sebuah beton adalah 17 MPa (K200) untuk bangunan dengan kegunaan umum dan 21 MPa (K275) untuk bangunan dengan kegunaan khusus.
  • Mutu beton dikatakan rendah bila kuat beton aktual < kuat beton rencana.
  • Material penyusun beton harus berkualitas dan tidak terkontaminasi.
  • Pencampuran material beton harus sesuai standar yang ada.
  • Beton harus dicor sesuai dengan standard yang ada.

SNI 1727:2020

Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain

Pembebanan

  • Tidak akuratnya perhitungan perencanaan beban yang akan ditahan oleh suatu struktur bangunan dapat membuat elemen struktur pada bangunan tidak cukup kuat untuk menahan beban.
  • Jenis beban yang direncanakan untuk ditahan harus sesuai dengan fungsi bangunan.
    • Beban mati (beban dari berat struktur sendiri)
    • Beban hidup (ruang kantor, koridor, tangga, ruang pertemuan dll)
    • Beban hujan
  • Kombinasi pembebanan harus dihitung sesuai dengan standar yang ada agar tidak terjadi overload

SNI 1726:2019

Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung

Beban Gempa

  • Dikarenakan Indonesia berada di zona gempa tinggi, maka standar ini sangat krusial untuk digunakan ketika merencanakan suatu bangunan agar bangunan tetap berdiri saat terjadi gempa.
  • Perhitungan kombinasi beban gempa wajib dimasukkan saat perencanaan suatu bangunan
  • Penulangan pada elemen struktur harus diperhitungkan dengan benar dari segi jumlah dan posisi.
    • Pada Kolom, tulangan sengkang harus rapat di bagian ujung dan sambungan kolom
    • Pada Balok, perhitungan perencanaan tulangan harus memadai dan angkur yang sempurna

PP No 16 Tahun 2021

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung
  • Pasal 28 ayat 2 tentang ketentuan aspek keselamatan Bangunan Gedung
  • Pasal 29 ayat 1 tentang ketentuan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan
  • Pasal 29 ayat 2 tentang Struktur Bangunan Gedung harus direncanakan kuat, stabil, dan memenuhi ketentuan pelayanan (serviceability) dalam memikul beban selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi Bangunan Gedung, lokasi, keawetan, dan kemudahan pelaksanaan konstruksi.
  • Pasal 29 ayat 7 tentang ketentuan teknis mengenai material struktur dan konstruksi
Akibat
Sebab

Lendutan Balok dan Pelat Lantai

Standar & Peraturan
Pengujian

Hammer Test

Pengujian Non-destruktif untuk menilai mutu beton

Hammer Test adalah uji non-destruktif (tidak merusak struktur) yang digunakan untuk memperkirakan kuat tekan beton pada permukaan elemen struktural.

  • Pengujian harus dilakukan di permukaan yang rata
  • Pengujian dilakukan pada minimal 10 titik pada tiap elemen struktural
  • Alat harus dikalibrasi sebelum digunakan
  • Alat harus digunakan tegak lurus terhadap permukaan yang ingin diuji
  • Hammer Test tidak mengukur kekuatan dalam beton secara menyeluruh (hanya permukaan)

Core Drill

Pengujian destruktif untuk menilai mutu beton

Core drill test adalah metode uji destruktif (merusak sebagian) dengan mengambil sampel beton berbentuk silinder dari struktur bangunan.

  • Pengambilan sampel dilakukan pada 3 titik setiap 15 m³ dan tambahan 1 titik untuk setiap 15 m³ beton berikutnya
  • Titik uji dipilih secara representatif terhadap area yang dicurigai mutu betonnya tidak sesuai serta hindari lokasi tulangan utama
  • Pada saat pengambilan sampel pada beton dan kolom, lakukan pada bagian tengah bentang
  • Jika hasil evaluasi ≥ 85% dari nilai kuat desain, struktur dianggap memenuhi syarat mutu.

Cover Meter Test

Pengujian non-destruktif untuk mengetahui posisi tulangan pada beton

Cover meter test bertujuan untuk menentukan kedalaman selimut beton (cover) terhadap tulangan baja di dalam elemen struktur seperti pelat lantai dan balok serta mengidentifikasi lokasi, jarak antar tulangan, dan diameter estimatif tulangan di dalam beton.

  • Pengujian dilakukan pada >2 titik untuk tiap elemen struktur yang diuji
  • Permukaan datar, tidak basah, bebas dari pengaruh benda logam lain (paku, kawat bekas)
  • Berdasarkan standar yang berlaku, pelat dan balok memiliki tebal selimut beton min. 20 - 30 mm

Uji Lendutan

Pengujian Non-destruktif untuk besaran lendutan yang terjadi pada elemen struktur

Uji lendutan dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara manual (visual assessment) maupun dengan alat (total station, waterpass digital, dial gauge indicator, dll).

  • Visual Assessment dapat dilakukan untuk mendeteksi gejala-gejala lendutan seperti retakan pada permukaan bawah pelat dan sambungan keramik terangkat
  • Uji lendutan dengan alat digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai lendutan yang terjadi pada elemen struktur. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat pengujian dengan alat, yaitu:
    • Titik acuan alat harus jelas dan stabil
    • Alat yang digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu
    • Pengujian dilakukan saat struktur menerima beban maksimum
    • Melakukan pencatatan terhadap setiap hasil pengujian

SNI 2847:2019

Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung

Baja Tulangan

Kontrol Lendutan

  • Ketidaksesuaian dimensi atau mutu tulangan akan mengurangi kekakuan struktur
  • Mengatur distribusi, diameter, dan posisi tulangan lentur (terutama di bawah pelat dan tengah bentang balok).
  • Jika penulangan tidak sesuai akan menyebabkan elemen tidak bisa menahan momen dengan baik sehingga defleksi meningkat.
  • Mengatur batas maksimum lendutan (defleksi) untuk struktur beton agar memenuhi syarat kenyamanan dan fungsionalitas (serviceability).
  • Terdapat batasan lendutan berdasarkan bentang (L).
    • Balok (L/180)
    • Pelat Lantai (L/240)

SNI 1727:2020

Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain

Pembebanan

  • Tidak akuratnya perhitungan perencanaan beban yang akan ditahan oleh suatu struktur bangunan dapat membuat elemen struktur pada bangunan tidak cukup kuat untuk menahan beban.
  • Jenis beban yang direncanakan untuk ditahan harus sesuai dengan fungsi bangunan.
    • Beban mati (beban dari berat struktur sendiri)
    • Beban hidup (ruang kantor, koridor, tangga, ruang pertemuan dll)
    • Beban hujan
  • Kombinasi pembebanan harus dihitung sesuai dengan standar yang ada agar tidak terjadi overload

PP No 16 Tahun 2021

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung
  • Pasal 28 ayat 2 tentang ketentuan aspek keselamatan Bangunan Gedung
  • Pasal 29 ayat 1 tentang ketentuan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan
  • Pasal 29 ayat 2 tentang Struktur Bangunan Gedung harus direncanakan kuat, stabil, dan memenuhi ketentuan pelayanan (serviceability) dalam memikul beban selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi Bangunan Gedung, lokasi, keawetan, dan kemudahan pelaksanaan konstruksi.
  • Pasal 29 ayat 7 tentang ketentuan teknis mengenai material struktur dan konstruksi
Akibat
Sebab

Penurunan pada Pondasi

Standar & Peraturan
Pengujian

Leveling

Pengujian Non-destruktif untuk menilai perbedaan elevasi pada bangunan

Leveling bertujuan untuk mengukur perubahan tinggi antar titik di bagian bawah bangunan (misal: titik kolom, pojok dinding, lantai).

  • Titik awal pengujian ditetapkan yang tidak terpengaruh penurunan
  • Pengujian dilakukan di tiap titik elemen struktur dan bandingkan antar titik (min. 4 titik pengujian)
  • Terdapat beberapa jenis besaran penurunan seperti
    • < 5 mm berindikasi normal
    • 5 - 25 mm berindikasi terjadi penurunan dan memerlukan evaluasi
    • > 25 mm berindikasi kuat terjadi penurunan pondasi
    • Terdapat perbedaan elevasi > 1/500 bentang elemen dapat menimbulkan retak struktural tinggi

Review Uji Tanah

Review uji tanah bertujuan untuk mengevaluasi apakah pondasi sudah dirancang sesuai dengan daya dukung tanah dan karakteristik tanah bawah.

  • Beberapa jenis dokumen terkait uji tanah yang perlu direview seperti Laporan SPT (Standard Penetration Test), Laporan CPT (Cone Penetration Test/Sondir), Bore Log, dan Laporan laboratorium tanah
  • Tanah lunak memiliki nilai N-SPT < 10 (memiliki resiko penurunan pondasi tinggi)

SNI 8460:2017

Persyaratan perancangan geoteknik

Desain Pondasi dan Daya Dukung

Persyaratan Penurunan Total dan Differensial

  • Penurunan total adalah kombinasi dari penurunan langsung (immediate) dan penurunan konsolidasi (long-term). Hal ini dapat terjadi karena beban, penurunan muka air tanah, getaran dari mesin atau gempa, aktivitas konstruksi di sekitar.
  • Beda penurunan (differential settlement): harus memenuhi rasio 1/300 dari bentang elemen agar tidak memengaruhi stabilitas struktur atas
  • Batas penurunan izin:
    • Penurunan izin < 15 cm + b/600 (b = lebar elemen struktur dalam cm)

Struktur pondasi harus dirancang agar memiliki stabilitas internal dan eksternal, serta mampu mendistribusikan beban bangunan ke tanah dengan aman.

  • Jenis Pondasi terdiri dari pondasi dangkal dan pondasi dalam
    • Pondasi dangkal cocok untuk tanah yang relatif keras di kedalaman dangkal (SPT > 10)
    • Pondasi dalam digunakan bila tanah keras berada di kedalaman > 3–5 meter atau ada beban berat
  • Daya dukung tanah harus diperhitungkan karena bila kapasitas daya dukung dihitung lebih tinggi dari kondisi tanah aktual (overestimasi) maka pondasi akan turun lebih besar dari prediksi.

SNI 1727:2020

Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain

Pembebanan

  • Tidak akuratnya perhitungan perencanaan beban yang akan ditahan oleh suatu struktur bangunan dapat membuat elemen struktur pada bangunan tidak cukup kuat untuk menahan beban.
  • Jenis beban yang direncanakan untuk ditahan harus sesuai dengan fungsi bangunan.
    • Beban mati (beban dari berat struktur sendiri)
    • Beban hidup (ruang kantor, koridor, tangga, ruang pertemuan dll)
    • Beban hujan
  • Kombinasi pembebanan harus dihitung sesuai dengan standar yang ada agar tidak terjadi overload

PP No 16 Tahun 2021

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung
  • Pasal 29 ayat 2 tentang Struktur Bangunan Gedung harus direncanakan kuat, stabil, dan memenuhi ketentuan pelayanan (serviceability) dalam memikul beban selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi Bangunan Gedung, lokasi, keawetan, dan kemudahan pelaksanaan konstruksi.
  • Pasal 52 tentang ketentuan lokasi penempatan Bangunan Gedung
  • Pasal 29 ayat 7 tentang ketentuan teknis mengenai material struktur dan konstruksi
Akibat
Sebab

Kebocoran di Atap dan Saluran Air

Standar & Peraturan
Pengujian

Spray Test

Pengujian destruktif untuk menguji kebocoran atap

Spray test bertujuan untuk meniru kondisi hujan deras untuk melihat titik masuk air melalui genteng, sambungan, atau ventilasi.

  • Semprotkan air menggunakan selang tekanan tinggi ke seluruh permukaan atap atau sambungan dinding–atap.
  • Pengujian ini dilakukan dari bawah ke atas perlahan dan per bagian (area terisolasi) bangunan.
  • Pantau rembesan dari dalam bangunan.

Thermal Camera

Pengujian Non-destruktif untuk mendeteksi lembap tersembunyi

Thermal Camera bertujuan untuk mendeteksi area dinding atau atap yang lembap tanpa merusaknya (non-destruktif).

  • Area lembap akan menunjukkan suhu lebih rendah karena penguapan.
  • Pengujian ini tepat untuk mendeteksi rembesan tersembunyi di dalam plafon atau pelat beton.

Uji Genangan

Pengujian destruktif untuk menguji kekedapan dan kedataran atap

Uji Genangan bertujuan untuk menguji apakah atap datar atau sambungan pelat bocor ketika ditampung air secara sengaja.

  • Genangi permukaan atap datar dengan air hingga ±2–5 cm selama 24–72 jam.
  • Periksa langit-langit atau pelat bawah dari rembesan air.
  • Pengujian ini hanya dilakukan bila tidak ada peralatan listrik aktif.
  • Baik dilaksanakan untuk pelat atap, dak beton, rooftop garden.

SNI 1727:2020

Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain

Pembebanan

  • Tidak akuratnya perhitungan perencanaan beban yang akan ditahan oleh suatu struktur bangunan dapat membuat elemen struktur pada bangunan tidak cukup kuat untuk menahan beban.
  • Jenis beban yang direncanakan untuk ditahan harus sesuai dengan fungsi bangunan.
    • Beban mati (beban dari berat struktur sendiri)
    • Beban hidup (ruang kantor, koridor, tangga, ruang pertemuan dll)
    • Beban hujan
  • Kombinasi pembebanan harus dihitung sesuai dengan standar yang ada agar tidak terjadi overload

PP No 16 Tahun 2021

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung
  • Pasal 29 ayat 2 tentang Struktur Bangunan Gedung harus direncanakan kuat, stabil, dan memenuhi ketentuan pelayanan (serviceability) dalam memikul beban selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi Bangunan Gedung, lokasi, keawetan, dan kemudahan pelaksanaan konstruksi.
  • Pasal 52 tentang ketentuan lokasi penempatan Bangunan Gedung
  • Pasal 51 ayat 2 tentang selain mengikuti standar perencanaan dan perancangan Bangunan Gedung, perencanaan dan perancangan harus mempertimbangkan:
    • lokasi penempatan Bangunan Gedung;
    • arsitektur Bangunan Gedung;
    • sarana keselamatan;
    • struktur Bangunan Gedung; dan
    • sanitasi dalam Bangunan Gedung.

SNI 03-2914-1992

Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
  • Untuk beton biasa, resapan air maksimum 6,5% (dalam 24 jam) dan 2,5% (dalam 10 menit) dari berat beton.
  • Untuk beton pada lingkungan agresif (seperti atap terbuka), penetrasi air tidak boleh lebih dari 30–50 mm.
  • Rasio air-semen maksimal: 0,45–0,50 tergantung lingkungan
  • Kandungan semen minimal: 280–380 kg/m³
  • Material harus sesuai standar mutu dan bahan tambahan (admixture waterproofing) harus disetujui dan sesuai spesifikasi

Klasifikasi Kerugian Negara dan Korelasi dengan Kerusakan Bangunan

Menghubungkan Kerusakan Bangunan dengan Nilai Kerugian Negara

Pembayaran atas Pekerjaan Tidak Sesuai Negara membayar penuh, tetapi pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis, kontrak, atau ketentuan regulasi (SNI, PP, dll). Beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan hal ini, seperti:

  • Pemasangan tulangan yang tidak sesuai dengan rencana dan gambar kerja yang ada.
  • Dimensi pondasi terpasang tidak sama dengan dimensi pondasi rencana sehingga pondasi tidak dapat menahan beban.

Tidak Diperolehnya Nilai Manfaat Barang/jasa telah dibayar, tetapi tidak dapat digunakan secara fungsional atau ekonomis sesuai tujuan awal. Beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan hal ini, seperti:

  • Bangunan sekolah sudah jadi, tetapi tidak dapat digunakan karena miring/retak parah.
  • Ruangan kantor tidak nyaman dipakai karena atap selalu bocor.

Pengeluaran yang Tidak Diperlukan Negara harus membayar biaya tambahan akibat kesalahan atau ketidaksesuaian pekerjaan awal. Beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan hal ini, seperti:

  • Harus merenovasi plafon akibat kebocoran yang terjadi
  • Harus memperkuat pelat karena lendutan melebihi batas

Kelebihan Bayar Negara membayar melebihi nilai pekerjaan aktual, baik dari sisi volume, mutu, atau harga. Beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan kelebihan bayar, seperti:

  • Volume pengecoran beton yang dilaksanakan hanya 80 m³, tetapi pembayaran untuk volume 100 m³.
  • Spesifikasi mutu beton pekerjaan lebih rendah dari spesifikasi mutu beton rencana.

Selamat anda telah menyelasaikan materi dalam buku saku ini Sekarang, ayo kita masuk ke quiz!!

Quiz 1/5

Quiz 2/5

Quiz 3/5

Quiz 4/5

Quiz 5/5

Lesson Learned!

Terima Kasih! Anda Sudah Selesai Membaca Buku Panduan Ini

Let's Review

SNI 1727:2020
Beban Desain Minimum Untuk Bangunan
SNI 1726:2019
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
SNI 2847:2019
Persyaratan Beton Struktural
PP No. 16 Tahun 2021
Peraturan Tentang Bangunan Gedung
Hammer Test
Core Drill
Pengukuran Lendutan Aktual
Cover Meter Test
Beton
Material
Baja Tulangan
Pengecoran
Metode Pelaksanaan
Pemasangan Tulangan
Gempa Bumi
Faktor Eksternal
Angin
Jangka Pendek
Jangka Panjang
  • Terjadinya retak struktural yang dapat mengakibatkan korosi karena air masuk dan mengenai baja tulangan
  • Struktur tidak dapat menahan beban rencana atau gempa
  • Dapat terjadi keruntuhan lokal atau menyeluruh
  • Munculnya retak halus pada permukaan beton
  • Menurunkan kepercayaan pengguna bangunan
  • Mengganggu estetika bangunan
Pelat Lantai
Kolom
Balok
Pondasi
Review Uji Tanah
Leveling
Desain Pondasi Tidak Sesuai
Kondisi Tanah Tidak Stabil
Metode Pelaksanaan Buruk
Terjadi Kebocoran di Sekitar Pondasi
SNI 2847:2019
SNI 1727:2020

Persyaratan Beton Struktural

Beban Desain Minimum Untuk Bangunan

PP No 16 Tahun 2021

Peraturan Tentang Bangunan Gedung

Kualitas Material Buruk
Adanya Pergerakan Struktur
Kesalahan Desain
Metode Pekerjaan Buruk
Sistem Plumbing & Drainase Buruk
Thermal Camera
Spray Test
Uji Genangan
Jangka Panjang
Jangka Pendek
  • Rusaknya struktur kayu dan baja ringan penyusun atap
  • Penurunan nilai aset bangunan
  • Kebocoran menyebar dan sumber penyebab sulit ditebak
  • Erosi tanah pondasi dan keretakan dinding
  • Munculnya rembesan dan noda air
  • Plafon basah dan melengkung
  • Adanya bau lembap
  • Dapat terjadi kerusakan elektrikal ringan
  • Adanya genangan air di area bangunan
Jangka Panjang
Jangka Pendek
  • Permukaan elemen struktur tidak rata
  • Terjadi kerusakan pada bagian finishing bangunan
  • Retakan Struktural membesar
  • Penurunan kinerja struktur secara umum
  • Bangunan dikategorikan menjadi tidak layak fungsi
SNI 1727:2020
SNI 8460:2017

Beban Desain Minimum Untuk Bangunan

Persyaratan perancangan geoteknik
PP No 16 Tahun 2021

Peraturan Tentang Bangunan Gedung

Pondasi Dangkal
Pondasi Dalam
  • Pondasi Telapak
Pondasi digunakan untuk menggunakan titik individual.
  • Pondasi Raft
Jenis pondasi yang satu ini sering digunakan di area tanah yang memiliki tekstrur yang lebih lunak
  • Pondasi Jalur/Memanjang
Pondasi memanjang dibuat untuk dinding bangunan yang dibuat membentuk persegi, persegi panjang, atau trapesium.
  • Pondasi Tiang Pancang
Pondasi ini menggunakan tiang-tiang yang dipancang ke dalam tanah hingga mencapai lapisan tanah keras.
  • Pondasi Bor Pile
Pondasi ini dibuat dengan cara mengebor tanah dan kemudian diisi dengan beton bertulang.
  • Pondasi Piers
Mirip dengan bore pile, tetapi menggunakan tiang-tiang beton yang lebih kecil dan lebih banyak.
Dimensi Elemen Struktural
Penulangan
Pembebanan
Mutu Beton

Jumlah atau posisi tulangan tidak sesuai rencana. Tidak adanya tulangan tarik di bagian bawah pelat/di tengah bentang balok.

Tebal pelat atau dimensi balok tidak sesuai dengan dimensi rencana.

Beban aktual yang diberikan pada elemen struktur melebihi beban rencana. Pembebanan telah diberikan sebelum umur beton mencapai kekuatan 28 hari.

Kuat tekan beton aktual lebih rendah dari kuat tekan beton rencana.

Jangka Panjang
Jangka Pendek
  • Terjadinya kegagalan pada pondasi
  • Bangunan menjadi tidak layak fungsi
  • Bangunan menjadi miring
  • adanya retak di bagian struktur
  • Terganggunya fungsi gedung seperti sulit ditutup
Core Drill
Hammer Test
Ultrasonic Pulse Velocity
PP No 16 Tahun 2021

Peraturan Tentang Bangunan Gedung

SNI 1727:2020

Beban Desain Minimum Untuk Bangunan

Beton Bertulang Kedap Air

SNI 03-2914-1992