Full screen

Share

Show pages

Sunan Bonang, sunan kalijaga, sunan gunungjati
Wali Songo

Want to create interactive content? It’s easy in Genially!

Get started free

Wali songo

Muhammad GilangPP

Created on August 8, 2023

Start designing with a free template

Discover more than 1500 professional designs like these:

Transcript

Sunan Bonang, sunan kalijaga, sunan gunungjati

Wali Songo

Sunan Gunung Jati

Sunan Kalijaga

Sunan Bonang

Wali Songo

Sunan Bonang

NAMA ASLISunan Bonang lahir ada tahun 1465 serta nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila.Sunan Ampel adalah pendiri Pesantren Ampeldenta, sehingga pendidikan Islam diperoleh Sunan Bonang adalah ayahnya sendiri. Tak heran jika Sunan Ampel sudah mempersiapkan Sunan Bonang untuk meneruskan kegiatan dakwahnya dalam menyebarkan Agama Islam. ASAL USUL NAMA SUNAN BONANG penamaan Sunan Bonang yang disematkan kepada Raden Makdum Ibrahim selain dari kisah bahwa ia adalah penemu gamelan jenis bonang. Selama menjadi imam Masjid Demak, Raden Makdum Ibrahim tinggal di Desa Bonang. Dan ada juga yang menyebut julukan Sunan Bonang disematkan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya yaitu desa Bonang BERDAKWA LEWAT SENI DAN SASTRA Sebagaimana Wali Songo lainnya, Raden Makdum Ibrahim menyebarkan Islam melalui media seni dan budaya. Ia menggunakan alat musik gamelan untuk menarik simpati rakyat. Konon, Raden Makdum Ibrahim sering memainkan gamelan berjenis bonang, yaitu perangkat musik ketuk berbentuk bundar dengan lingkaran menonjol di tengahnya. Jika tonjolan tersebut diketuk atau dipukul dengan kayu, maka akan muncul bunyi merdu. Raden Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang membunyikan alat musik ini yang membuat penduduk setempat penasaran dan tertarik. Warga berbondong-bondong ingin mendengarkan alunan tembang dari gamelan yang dimainkan Sunan Bonang. Hingga akhirnya, banyak orang yang bersedia memeluk agama Islam tanpa paksaan.

+ info

Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam (2013), Hery Nugroho menuliskan bahwa dakwah Sunan Bonang yang lain adalah melalui penulisan karya sastra yang bertajuk Suluk Wujil. Suluk Wujil diakui sebagai salah satu karya sastra terbesar di Nusantara karena isinya yang indah serta kandungannya yang kaya dalam menafsirkan kehidupan beragama. Sunan Bonang sangat fokus dalam menjalani perannya sebagai ulama dan seniman sehingga ia tidak sempat menikah hingga wafatnya pada 1525 M. Makam Sunan Bonang terletak di kompleks pemakaman Desa Kutorejo, Tuban, Jawa Timur, atau berada di barat alun-alun dekat Masjid Agung Tuban.

+ info

Sunan Gunung Jati

NAMA ASLISyarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati adalah salah seorang ulama Wali Songo, majelis pendakwah agama Islam dalam sejarah Indonesia pada abad ke-14 Masehi. Sunan Gunung Jati lahir adalah putra Sultan Syarif Abdullah bin Ali Nurul Alim, pangeran Mesir yang menikah dengan Nyai Rarasantang, putri Prabu Siliwangi.PENDIDIKAN Nama asli Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah. Sejak kecil, sudah tampak kecerdasan dan ketekunannya dalam menuntut ilmu. Karena kesungguhannya menekuni ilmu agama, atas izin sang ibunda, Syarif Hidayatullah berangkat ke Mekah. Di tanah suci, Syarif Hidayatullah berguru dengan Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Beberapa waktu kemudian, ia ke Mesir untuk belajar kepada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, seorang ulama bermadzhab Syafi'i sekaligus mempelajari tasawuf tarekat Syadziliyah. Atas arahan dari Syekh Ataillah, Syarif Hidayatullah kemudian pulang ke Nusantara untuk berguru pada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh. Selanjutnya, ia mengembara ke Karawang, Kudus, hingga di Pesantren Ampeldenta Surabaya untuk belajar kepada Sunan Ampel. STRATEGI DAKWAH Oleh Sunan Ampel, Syarif Hidayatullah diminta untuk berdakwah dan menyebarkan Islam di daerah Cirebon. Di sana, ia menjadi guru agama menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung. Setelah banyak masyarakat Cirebon masuk Islam, Syarif Hidayatullah melanjutkan dakwahnya ke daerah Banten.

+ info

Semasa berdakwah di Cirebon, Syarif Hidayatullah menikah dengan Nyi Ratu Pakungwati, putri Pangeran Cakrabuana atau Haji Abdullah Iman, penguasa Cirebon kala itu. Dalam buku Atlas Wali Songo (2016) yang ditulis Agus Sunyoto diungkapkan, atas bantuan mertuanya, Syarif Hidayatullah mendirikan sebuah pondok pesantren dan mengajarkan Islam kepada penduduk sekitar. Oleh para santrinya, Syarif Hidayatullah dipanggil dengan julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Selain itu, karena ia berdakwah di daerah pegunungan, ia digelari sebagai Sunan Gunung Jati. Setelah Pangeran Cakrabuana meninggal dunia, tampuk Kerajaan Cirebon dilanjutkan oleh menantunya yakni Sunan Gunung Jati.Duduk di kekuasaan, dakwah Sunan Gunung Jati beriringan di jalur politik. Ajaran Islam berkembang pesat di Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, dan banyak daerah di Jawa Barat. Untuk memperluas syiar Islam, Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyai Ratu Kawunganten, putri bupati Kawunganten Banten. Salah seorang anaknya, Maulana Hasanudin, kelak meneruskan dakwah ayahnya sekaligus menjadi Sultan Banten. Cirebon juga menjalin hubungan dengan Tiongkok. Diceritakan, Sunan Gunung Jati juga menikahi putri Kaisar Cina Hong Gie dari Dinasti Ming yang bernama Ong Tien. Usai menikah dengan Syarif Hidayatullah, ia berganti nama Nyi Mas Rara Sumanding. Dakwah Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati kian kokoh berkat kerjasama dengan banyak kerajaan tersebut. Pada 1568 M, Sunan Gunung Jati berpulang. Ketika meninggal, usianya diperkirakan mencapai 118 tahun. Makamnya terletak di Gunung Sembung, Desa Astana, Cirebon Utara.

+ info

Sunan Kalijaga

NAMA ASLIBeliau lahir pada sekitar tahun 1450 M dari keluarga bangsawan Tuban dengan nama asli Raden Said atau Raden Sahid. Ayahnya seorang bangsawan bernama Raden Ahmad Sahuri yang merupakan Adipati Tuban VIII. Penyematan nama Sunan Kalijaga ini ada alasannya. Jadi pada saat beliau menjadi murid Sunan Bonang, Sunan Bonang mencoba mengetes kegigihannya.Sunan Kalijaga untuk menjaga tongkat Sunan Bonang yang sengaja ditancapkan di pinggir kali. Sunan Kalijaga pun menjaga tongkat tersebut selama berhari-hari tanpa meninggalkan tempatnya hingga Sunan Bonang datang kembali mengambil tongkatnya. Dari sinilah Sunan Bonang memberikan nama Sunan Kalijaga karena telah menjaga tongkat yang ditancapkan di pinggir kali. Ada juga yang mengatakan kalau nama Sunan Kalijaga ini didapat karena di awal-awal masa berdakwahnya.Saat itu, beliau memilih lokasi di Desa Kalijaga dengan masyoritas penduduknya yang merupakan orang Indramayu dan Pamanukan. Berhubung tempat berdakwah pertamanya ini adalah Desa Kalijaga, maka nama Kalijaga pun disematkan kepada beliau. Selain julukan sebagai Sunan Kalijaga, beliau juga menyandang banyak nama karena mahir dalam mendalang. Beberapa julukan yang didapat adalah Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Bengkok, Ki Dalang Kumendung, dan Ki Unehan. Tapi ada satu nama yang akan mengingatkan Sunan Kalijaga akan sejarah kelam kehidupannya, yakni nama Lokajaya.Sunan Kalijaga mendapatkan nama tersebut karena dulunya beliau ini gemar merampok dan membunuh orang.

+ info

MASA MUDADi masa mudanya, Sunan Kalijaga memang merupakan seorang berandalan yang kerap melakukan kejahatan seperti merampok hingga membunuh orang. Perilaku yang dimilikinya ini sebenarnya berjalan bukan tanpa alasan. Hal ini terjadi karena beliau merasa tidak terima dengan pemerintahan yang ada di Tuban. Di masa itu rakyat jelata kelaparan karena mengalami kemarau panjang, tetapi pemerintah Tuban justru menarik pajak dan upeti dari mereka. Oleh karena itu, sebagai bentuk protes, Sunan Kalijaga memutuskan untuk merampok harta para bangsawan dan pejabat. Harta rampasan tersebut tak semerta-merta dinikmati oleh Sunan Kalijaga, tetapi beliau akan membagikannya kepada rakyat jelata. Perilaku tidak terpujinya ini pun berhenti setelah beliau bertemu Sunan Bonang. Pertemuan keduanya ini bisa dikatakan merupakan pertemuan yang tidak menyenangkan. Ini karena waktu itu Sunan Kalijaga berniat untuk merampok Sunan Bonang yang sedang lewat di daerah Tuban. Setelah Sunan Kalijaga bercerita mengenai alasannya merampok, Sunan Bonang justru memarahinya dan melarangnya untuk melakukan hal tersebut lagi. Meski Sunan Bonang mengerti maksud dari niat Sunan Kalijaga, ia melarang keras untuk Sunan Kalijaga merampok. Karena menurut Sunan Bonang, sedekah kepada orang dengan cara merampok orang lain sama saja dengan membersihkan pakaian dengan air kencing. Setelah bertemu dengan Sunan Bonang, akhirnay Sunan Kalijaga bertobat dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi. Beliau pun memutusukan untuk menjadi murid dari Sunan Bonan.

+ info

CARA SUNAN KALIJAGA BERDAKWAHSunan Kalijaga dikenal dengan cara dakwahnya yang menggunakan pendekatan seni dan budaya. Uniknya, Sunan Kalijaga memilih wayang sebagai media dakwahnya. Sunan Kalijaga sangat dikenal oleh masyarakat sebagai pendalang yang handal. Beliau bisa mendalang dengan sangat baik. Saat beliau mendalang tersebut, disisipkanlah unsur-unsur serta ajaran Islami. Jadi secara tidak langsung, masyarakat mengetahui tentang ajaran Islam melalui pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Kalijaga. Masyarakat Jawa yang pada masa itu sangat menyukai wayang akhirnya mulai berbondong-bondong untuk datang menonton pertunjukan wayang dari Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga berhasil menarik banyak penonton karena tiket masuknya ini gratis alias tidak dipungut biaya sepeser pun. Hal ini membuat semua kalangan masyarakat, terutama kalangan bawah pun bisa menikmati pertunjukan wayang sebagai hiburan tanpa perlu membayar. Tdak hanya menggunakan wayang dalam berdakwah, tapi Sunan Kalijaga juga menggunakan jenis kesenian lainnya seperti gamelan.Sunan Kalijaga menciptakan berbagai lagu seperti lir-Ilir, Gundul-Gundul Pacul, Kidung Rumeksa ing Wengi, Lingsir Wengi, dan Suluk Linglung. Penampilan yang dekat dengan rakyat ini menjadikannya mudah diterima, dibanding para wali lainnya yang berdakwah menggunakan jubah. Sunan Kalijaga juga menyisipkan beberapa falsafah Islam kedalam nilai-nilai budaya setempat, salah satunya adalah filosofi "Urip Iku Urup" yang bermakna bahwa hidup hendaknya memberi manfaat bagi orang di sekitar. Bagi masyarakat yang kala itu masih menganut kepercayaan lama, cara dakwah beliau menjadi mudah diterima karena tidak menentang adat istiadat yang ada.

+ info

Thanks!

Next page

genially options