Want to create interactive content? It’s easy in Genially!
KERAJAAN KEDIRI DAN TULANG BAWANG
MARIA CHRISTINA
Created on February 12, 2023
Start designing with a free template
Discover more than 1500 professional designs like these:
Transcript
kerajaan kediri dan tulang BAWANG
start
kerajaan kediri
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah sebuah kerajaan besar yang berdiri pada abad ke-12 antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Kediri bercorak Hindu.
kerajaan kediri
sejarah berdirinya kerjaan kediri
Pada awal masa perkembangan, Kerajaan Kediri tidak banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang dikeluarkan Kerajaan Jenggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara Jenggala dan Kediri sepeninggal Raja Airlangga. Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu mulai diketahui oleh adanya Prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Sebelum Sri Jayawarsa, hanya raja Sri Samarawijaya yang diketahui. Letak kerajaan Kerajaan Kediri yakni di daerah Jawa Timur. Kerajaan Kediri berpusat di Daha, atau sekitar Kota Kediri sekarang. Pusat Kerajaan Kediri tersebut terletak di tepi Sungai Brantas, yang masa itu sudah menjadi jalur pelayaran yang ramai
Kerajaan Kediri bermula dari perintah Raja Airlangga untuk membagi kerajaan menjadi dua bagian pada tahun 1041 Masehi. Pembagian kerajaan dimaksudkan untuk menghindari pertikaian, seperti dikutip dari buku Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman. Wilayah kerajaan Raja Airlangga dikenal sebagai Kahuripan. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan Brahmana sakti bernama Empu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal sebagai Kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri). Kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas, seperti dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M)
Raja kerajaan kediri
Sri Aryyeswara (1169 - 1181 M)
Sri Samarawijaya ( 1042 - 1044 M)
Sri Gandra (1181 - 1184 M)
Sri Bameswara ( 1117 - 1135 M)
Sri Kameswara (1184 - 1194 M)
Sri Jayabaya (1135 - 1159 M)
Sri Krtajaya ( 1194 - 1222 M)
Sri Sarweswara ( 1159 - 1169 M)
karya sastra peninggalan kerajaan kediri
Kitab Baratayuda (Empu Sedah)
Kitab Kresnayana(Empu Triguna)
Kitab Smaradaha(Empu Darmaja)
Kitab Lubdaka(Empu Tan)
LETAK KERAJAN KEDIRI
VS
3. elah menggunakan uang yang terbuat dari emas sebagai alat pembayaran atau alat tukar 4. Posisi Kerajaan Kediri sangat strategis dalam perdagangan Indonesia Timur dan Indonesia Barat dengan kota pelabuhannya 5. Pajak rakyat berupa hasil bumi
KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN KEDIRI
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri dapat diketahui melalui kronik-kronik Cina yang menyebutkan di antaranya sebagai berikut :
- Kediri menghasilkan banyak beras
- Barang-barang dagangan lain yang laku di pasaran, seperti emas, perak, daging, kayu cendana, pinang, dan gerabah
prasasti peninggalan kerajaan kediri
prasasti peninggalan kerajaan kediri
Prasasti Tulungagung dan Kertosono
Prasasti Ngantang
prasasti Sirah Keting
Prasasti Jaring
KEHIDUPAN SOSIAL KERJAAN KEDIRI
keruntuhan kerajaan kediri
Masyarakat Kediri tidak menganut sistem kasta, seperti disampaikan dalam kitab Lubdhaka. Dalam kitab tersebut disampaikan, tinggi rendahnya martabat seseorang tidak ditentukan oleh dasar keturunan dan kedudukan, tetapi berdasarkan tingkah lakunya
Runtuhnya Kerajaan Kediri terjadi pada masa kekuasaan Raja Kertajaya, seperti dikisahkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama. Pada tahun 1222, Kertajaya dianggap telah melanggar agama dan memaksa Brahmana menyembahnya sebagai dewa. Kaum Brahmana lalu meminta perlindungan Ken Arok. Ken Arok yang bercita-cita memerdekakan Tumapel kekuasaan Kediri mencetuskan perang antara Kerajaan Kediri dan Tumapel di dekat desa Ganter. Keberhasilan Ken Arok mengalahkan Kertajaya menandai runtuhnya Kerajaan Kediri yang kemudian menjadi kekuasaan Tumapel atau Kerajaan Singasari
MASA KEJAYAAN KERAJAAN KEDIRI
Masa kejayaan Kerajaan Kediri terjadi pada kepemimpinan Jayabaya. Jayabaya dikenal dengan kepemimpinan politik dan ramalan-ramalannya yang dibukukan dalam Jongko Joyoboyo. Di samping itu, sikap merakyat dan visi Jayabaya yang jauh ke depan membuatnya dikenang
kerajaan tulang bawang
Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Nusantara yang diperkirakan terletak di Lampung, tepatnya di wilayah yang sekarang disebut Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, dengan ibu kotanya di Menggala. Dalam Sejarah Lembaga Adat Megou Pak Tulang Bawang (2018:50-51), Rani Amelia Putri dan kawan-kawan menuliskan, para penjelajah Cina menyebut kerajaan ini dengan istilah To-La P’o Hwang yang kemudian dimaknai sebagai Tulang Bawang.
Kerajaan Tulang Bawang
sejarah kerajaan tulang bawang
Kerajaan Tulang Bawang ditemukan pertama kali oleh I Tsing, seorang biksu dari Cina yang pernah menjelajahi Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Ketika mengunjungi Lampung, ia menyebutkan “To-Lang P’o-Hwang”. Sejarah juga mencatat, asal usul nama Tulang Bawang diambil dari cerita bahwa setiap musuh yang terbunuh di daerah tersebut kemudian di buang ke bawang atau lebak-lebak
KEHIDUPAN EKONOMI
KEHIDUPAN POLITIK
Pada masa kejayaannya, Kerajaan Tulang Bawang memiliki sistem pemerintahan demokratis yang dikenal dengan marga. Marga dalam bahasa Lampung di sebut dengan kata “mego/megou” dan “mego-lo” yang berarti marga yang utama. Masuknya pengaruh Devide Et Impera menyebabkan penyimbang marga yang harus ditaati pertama kalinya di sebut dengan Selapon. Sela berarti duduk bersila atau bertahta. Sedangkan pon/pun adalah orang yang dimulyakan. Kerajaan Tulang Bawang menganut sebuah adat yang disebut Pepadun, dimana setiap lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk menduduki kekuasaan, karena itulah pemimpin adat selalu berganti-ganti dari segi trah-nya. Dalam menentukan status sosial, rakyat Pepadun tidak hanya memandang dari garis keturunan saja. Selama orang tersebut mampu menggelar upacara adat yang disebut Cakak Pepadun, ia berpeluang memperoleh gelar atau status sosial diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan Dalom.
Itu, walau kehidupan sehari-hari penduduknya masih bersipat tradisional, tapi sudah bisa membuat kerajinan tangan dari logam besi yang dikerjakan pandai besi. Semua alat-alat pertanian seperti : pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi, demikian juga alat senjata : tombak, badik, keris dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi lada hitam merupakan produk pertanian yang sangat diunggulkan. Kebudayaan Tulang Bawang adalah tradisi dan kebudayaan lanjutan dari peradaban Skala Brak. Karena dari empat marganya, yaitu Buai Bulan, Buai Tegamoan, Buai Umpu dan Buai Aji, di mana salah satu buai tertuanya adalah Buai Bulan, yang jelas bagian dari Kepaksian Skala Brak Cenggiring dan merupakan keturunan dari Putri Si Buai Bulan yang melakukan migrasi ke daerah Tulang Bawang bersama dua marga lainnya, yakni Buai Umpu dan Buai Aji.
masa kejayaan kerajaan tulang bawang
Raja kerajaan tulang Bawang
Mulonou (pendiri)
Masa kejayaan Kerajaan Tulang Bawang berada di periode yang sama dengan munculnya Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. Namun, Tulang Bawang berdiri terlebih dulu daripada Sriwijaya yang kemudian menjelma menjadi kerajaan besar. Bahkan, Tulang Bawang pada akhirnya harus takluk kepada Sriwijaya.
Rio Mangku Bumi Kamantaka Bumiloka
Minak Pati Pejurit
Minak Tabu Gayaw
penaklukan sriwijaya & letak tulang bawang
Menurut Kuntala (1981) yang dituliskan kembali oleh R.Z Leirissa dalam Sunda Kelapa sebagai bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi (1995:42), kerajaan Sriwijaya menaklukan Tulang Bawang sebelum melakukan penetrasi ke daerah-daerah di Jawa pada 686 M. Leirissa juga mengungkapkan salah satu catatan lokasi keberadaan Tulang Bawang dituliskan, kerajaan ini berada di sekitar sungai Tulang Bawang sekarang, yakni aliran air di kota Menggala.
Masa kejayaan Kerajaan Tulang Bawang berada di periode yang sama dengan munculnya kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 M. Namun, Tulang Bawang berdiri terlebih dulu daripada Sriwijaya yang kemudian menjelma menjadi kerajaan terbesar. Bahkan, Tulang Bawang pada akhirnya harus takluk kepada Sriwijaya. Seperti diketahui, Sriwijaya adalah kerajaan besar di Sumatra, yang pernah berpusat di Palembang, serta menjadi pusat pengajaran agama Buddha terbesar di Asia Tenggara kala itu.
letak kerajaan tulang bawang
keruntuhan kerajaan tulang bawang
ada tahun 686, negara tersebut telah mengirimkan para ekspedisinya untuk menaklukkan daerah-daerah lain di Pulau Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, diperkirakan sejak masa itu Kerajaan Tulang Bawang sudah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, atau daerah ini tidak berperan lagi di pantai timur Lampung.
penyebab keruntuhan kerajaan tulang bawang adalah meningkatnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke 7 masehi, di sebut dalam sebuah inskripsi batu tumpul Kedukan Bukit dari kaki Bukit Seguntang, di sebelah barat daya Kota Palembang mengatakan bahwa pada tahun 683, Kerajaan Sriwijaya telah berkuasa, baik di laut maupun di darat. Dalam tahun tersebut berarti kerajaan ini sudah mulai meningkatkan kekuasaannya
prasasti peninggalan kerajaan tulang bawang
Prasasti Pala Pasemah
prasasti Bungkuk
prasasti Batu Bedil
Thank you for listening!
SESI TANYA TANYA, KALO NANYA GAUSAH NGELUNJAK YAA!