Want to create interactive content? It’s easy in Genially!

Get started free

GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH YANG BARU

Ms. Deb

Created on July 24, 2022

Start designing with a free template

Discover more than 1500 professional designs like these:

Transcript

CHAPTER 1: GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH YANG BARU

By: Ms. Debora D. Fitresia

Christian and Catholic ReligionJHS IX A-B

GEREJA, GEDUNGNYA ATAU ORANGNYA?

KATOLIK

KRISTEN

* Kata “gereja” dalam bahasa Portugis yaitu igreja (baca: igreza). * Kata iglesia dalam bahasa Spanyol yang mempunyai arti yang sama, yaitu “gereja”. Kata iglesia ini dapat ditelusuri kembali ke kata aslinya dalam bahasa Yunani yaitu ekklesia. * Kata ekklesia berasal dari dua kata, yaitu ek dan klesia. Kata ek berarti “keluar”, Kata klesia berasal dari kata kerja kalein yang berarti “memanggil”. Dengan demikian, kata ekklesia mengandung arti “dipanggil keluar”. Artinya, anggota-anggota gereja adalah orang-orang yang dipanggil untuk keluar dari lingkungannya, dari sanak keluarganya, dari kaum kerabatnya, untuk menjadi bagian dari sebuah komunitas baru yang bernama gereja.

** Secara etimologis, gereja berasal dari kata ‘igreja’ (portugis), ‘ecclesia’ (latin), ‘ekklesia’ (yunani) yang berarti persekutuan/ jemaat. * Menurut Gaudium et Spes, Gereja adalah “persekutuan umaat yang percaya akan Yesus Kristus di bawah bimbingan Roh Kudus dalam ziarahnya menuju Allah Bapa.” * Sebagai tempat ibadat gereja juga menjadi tempat berkumpul. Kita, aku dan kau, adalah bagian dari perkumpulan/ persekutuan itu. Kita adalah Gereja.

Kesimpulan: Gereja tidak pertama-tama dibentuk oleh gedungnya, melainkan orangnya.

KATOLIK

GEREJA

KRISTEN

Gereja = Umat Allah, terdapat dalam Kitab Suci PERJANJIAN LAMA (PL), misalnya dalam Kel. 6: 6; 33: 13; Yeh. 36: 28; Ul. 7: 6, 26: 15).. Menurut Konsili Vatikan II sebutan umat allah bagi gereja untuk menekankan bahwa gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya allah konkret. Dalam PERJANJIAN BARU (PB): Gambaran gereja sebagai umat allah dapat ditemukan dalam 1Petrus 2:10; Roma 9:25. Dengan demikian gereja adalah kelompok dinamis yang keluar dari sejarah Allah dengan manusia. Dengan paham gereja sebagai umat Allah, diakui kembali kesamaan martabat dan peranan semua anggota gereja. semua anggota gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.

PERJANJIAN LAMA (PL):Gereja dalam PL adalah umat Allah, Jemaat Allah yang dipilihnya untuk melaksanakan rencana penyelamatan akan manusia. Contoh: 1. Kejadian 7 "Nuh diselamatkannya dari Air Bah untuk menjadikannya umat pilihanNya"; 2. Kejadian 12:1-9 "Abram yang dipanggil Allah"; PERJANJIAN BARU (PB): Dalam Kisah 2:1-47 dikisahkan bagaimana setiap orang percaya berkumpul dalam pengajaran rasul-rasul dan tiap-tiap hari mereka berdoa dan memecah-mecahkan roti serta melakukan banyak mujizat sehingga mereka bertumbuh dalam iman. Dalam 1 Petrus 2:9-10 menjelasakn bahwa gereja adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan - perbuatan yang besar dan Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Gereja dalam Perjanjian Baru lebih berisfat Universal (Yohanes 3:16 dan Yohanes 14:6), dibuktikan dengan Karya Penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.

KATOLIK

Sifat-sifat Gereja

KRISTEN

1. Gereja adalah satuGereja adalah kesatuan umat Kristen, tempat bersekutu sesuai dengan kehendak Yesus Kristus, Raja Gereja. Satu dalam memberitakan Injil (Mat. 28, 18-20), satu dalam mengemban missi, mengasihi sesama dan mengasihi Tuhan (Mat. 22, 37-40), satu dalam iman dan pengharapan (Ef. 4:4-5)2. Gereja adalah kudus Kata “Kudus” berarti disendirikan, diasingkan, dipisahkan dari yang lain, berbeda dari yang lain. Kekudusan Gereja bukan karena ia kudus adanya, tetapi karena dikuduskan oleh Kristus. 3. Gereja adalah am Gereja adalah am, universal, tersebar di seluruh dunia. Am berarti umum. Gereja sebagai yang am harus bersifat universal sebab kasih Allah itu ditujukan kepada dunia. Jadi Gereja bukan dan janganlah jadi suatu “golongan elite”. Gereja tidak terbatas pada suatu daerah/suku/bangsa atau bahasa tertentu tapi meliputi seluruh dunia (2 Korint. 5, 19). Gereja tidak terbatas pada suatu zaman, tapi meliputi zaman yang lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. 4. Gereja adalah persekutuan orang percaya Gereja adalah persekutuan orang percaya/kudus di dalam Kristus dan saling bergantung satu sama lain.

1. Gereja yang Satu: Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudulah yang menyatukan Gereja. Gereja yang Satu ini terdiri dari : Pengakuan iman yang sama. Perayaan ibadat bersama dan sakramen-sakramen. 2. Gereja yang Kudus: Gereja menjadi Kudus karena Yesus Kristus adalah Kudus. Yesus telah mengasihi GerejaNya dan menyerahkan diri bagi Gereja untuk menguduskannya sehingga umat dipersatukan dengan Yesus menjadi Kudus. Wajah Gereja bukanlah semua harus sama dengan Gereja yang ada di Vatikan, melainkan beraneka ragam dan berbeda-beda. Adapun yang sama adalah isinya atau esensinya. 3. Gereja yang Apostolik: Gereja Katolik didirikan atas dasar para rasul memiliki tiga (3) macam arti: 1. Ia tetap dibangun atas dasar para rasul dan para nabi. 2. Dengan bantuan Roh Kudus yang tinggal di dalamnya ia menjaga ajaran, warisan iman, serta pedoman-pedoman sehat para rasul dan meneruskannya. 3. Ia tetap diajarkan, dikuduskan, dan dibimbing oleh para rasul sampai pada saat kedatangannya kembali Kristus. Mereka yang menggantikan para rasul adalah dewan uskup yang dibantu oleh para imam.

PERGUMULAN GEREJA

A. GEREJA YANG TERBUKA 1. Dalam Kisah Para Rasul 2 digambarkan bahwa gereja perdana adalah gereja yang terbuka. Gereja ini terdiri dari orang-orang dari berbagai daerah di seluruh dunia. Ini berarti, walaupun pada mulanya murid- murid Yesus hanya terdiri dari orang-orang Yahudi, bahkan hanya dari satu daerah saja yaitu Galilea, gereja perdana sudah terdiri dari orang-orang yang berasal dari latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda-beda. Memang mulanya kebanyakan anggota gereja perdana adalah orang-orang Yahudi atau orang-orang Yahudi Helenis. Kemudian masuk mereka yang disebut sebagai ”orang-orang yang takut akan Allah”, yaitu orang-orang non-Yahudi yang tertarik dengan ajaran agama Yahudi, namun merasa belum sepenuhnya dapat menjalankan seluruh tuntutan hukum Taurat. 2. Gereja juga menerima orang yang cacat yang tidak sempurna untuk menjadi anggotanya. Ini berlawanan dengan pemahaman orang Yahudi yang menolak orang cacat datang ke Bait Allah (Im. 21: 17–18, dst.). Namun dalam Kisah 8: 27–40 dikisahkan bahwa Filipus membaptis seorang sida-sida Etiopia. Sida-sida adalah laki-laki yang dikebiri. Dalam aturan keagamaan Yahudi, orang yang dikebiri dilarang masuk ke Bait Suci dan mempersembahkan korban. Dari sini jelas terlihat bahwa gereja perdana justru membuka dirinya kepada orang-orang cacat atau yang kini disebut sebagai kaum difabel. 3. Gereja perdana juga terbuka kepada orang dari berbagai-bagai kelompok suku dan etnis. Banyak gereja di Indonesia yang terbentuk di dalam kelompok-kelompok suku tertentu. Akibatnya, dapat tercipta eksklusivisme kesukuan di gereja-gereja tersebut. Kelompok suku tertentu menganggap gerejanya lebih baik dan lebih hebat daripada kelompok suku yang lain.

PERGUMULAN GEREJA

B. PEMAHAMAN TENTANG AJARAN YANG BENAR 1. Selain eksklusivisme kesukuan, mungkin ada gereja-gereja atau kelompok- kelompok orang Kristen tertentu yang menganggap dirinya yang paling benar dan suci. Di kota Korintus, jemaat terpecah-pecah karena ada kelompok-kelompok yang menganggap diri masing-masing sebagai yang paling benar, paling Kristen (1 Kor. 1: 12–13). 2. Di daerah Pegunungan Appalachia di Amerika Serikat, ada sekelompok orang Kristen yang percaya bahwa mereka mengikuti ajaran yang benar. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara menguji iman mereka dengan memegang ular-ular yang sangat berbisa. Kalau mereka digigit ular dan tidak mati, maka hal tersebut membuktikan bahwa mereka memiliki iman yang kuat dan benar. Pemahaman ini didasarkan pada Markus 16: 17–18,

PERGUMULAN GEREJA

C. GEREJA YANG GAGAL MENJADI TELADAN 1. Mahatma Gandhi, seorang tokoh kemerdekaan India, pernah berniat pergi ke gereja untuk ikut beribadah. Gandhi telah banyak membaca Alkitab, khususnya kitab Injil Matius. Dia ingin sekali berkenalan dengan Yesus yang diakui sebagai Tuhan oleh orang Kristen. Malangnya, saat itu ia hidup dan bekerja di Afrika Selatan dan pemerintah negara itu mempraktikkan politik apartheid. Artinya, politik diskriminasi rasial. Orang kulit berwarna dilarang bergaul dengan orang kulit putih. Mereka dilarang memasuki gedung-gedung atau tempat-tempat yang khusus disediakan untuk orang-orang kulit putih. Mereka pun dilarang menikah dengan orang kulit putih. Orang yang berani melanggar aturan-aturan ini akan dihukum dan dijebloskan ke dalam penjara. Banyak orang Kristen dan gereja yang menjadi batu sandungan bagi orang lain. Misalnya, Mahatma Gandhi pernah ditolak ketika ia ingin ikut beribadah di sebuah gereja di Afrika Selatan. Saat itu Afrika Selatan memberlakukan politik apartheid yaitu memisah-misahkan masyarakat menurut kelompok-kelompok ras dan warna kulit mereka. Gandhi sangat kecewa. Karena pengalaman itu, ia menyatakan, ”I like your Christ. I do not like your Christians. Your Christians are so unlike your Christ.” Artinya, ”Aku suka akan Kristusmu. Tapi aku tidak suka orang-orang Kristenmu. Orang-orang Kristen sangat berbeda dengan Kristusmu.” Apa yang dikatakan oleh Gandhi sungguh sebuah kritik yang tajam bagi kita orang Kristen, karena kita sering kali gagal mencerminkan siapa Yesus Kristus yang sesungguhnya yang kita kenal dan sembah itu.

PERGUMULAN GEREJA

D. HIDUP SALING BERBAGI Sebuah cara hidup yang sangat menarik yang diperlihatkan oleh gereja perdana adalah bagaimana setiap orang menjual harta milik mereka dan kemudian hidup saling berbagi. Kisah 2: 44–45 mengatakan: (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Orang yang materialistis selalu menilai orang lain dari apa yang orang itu miliki, mobil apa yang mereka kendarai, merek pakaian yang mereka kenakan, di daerah mana mereka, berapa luas rumahnya, di mana mereka berlibur, dan lain-lain. Namun bagi orang Kristen perdana, gaya hidup itu didasarkan pada kecukupan dari apa yang mereka butuhkan, bukan yang mereka inginkan. Kebutuhan dan keinginan tidak sama. Kita dapat mengingini banyak hal, namun mungkin sekali banyak di antaranya tidak kita butuhkan. Orang-orang Kristen perdana tidak menganggap milik mereka hanya untuk mereka sendiri. Mereka saling membagikan apa yang mereka miliki sehingga tidak ada seorang pun yang kekurangan.

PENUGASAN INDIVIDUAL (RELIGION BOOK) 1. Kata ”gereja” berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu ”ekklesia”, yang berarti ”dipanggil keluar”. Bagaimana gereja kamu memahami keberadaan dirinya sebagai komunitas yang ”dipanggil keluar”? Dipanggil untuk keluar ke mana? Jelaskan! 2. Tuliskan 2 makna gereja sebagai gedung dan umat Allah yang baru. (Based on your religion's perspective). 3. Coba bandingkan gereja kamu dengan gereja yang digambarkan dalam Kisah 2: 1–47! Adakah persamaan dan perbedaan di antara keduanya?

Gereja yang terbentuk di Yerusalem pada hari Pentakosta adalah buah pekerjaan Roh Kudus, bukan pekerjaan manusia. Gereja perdana terdiri dari orang-orang yang beraneka ragam suku bangsa, ras, dan bahasa. Dengan demikian, gereja adalah komunitas yang terbuka dan inklusif. Terpenting dari gereja bukanlah gedungnya melainkan orangnya. Dengan demikian, sederhana atau mewah gedungnya tidaklah penting. Orang-orang di gereja perdana hidup dengan berbagi kepada sesamanya. Gaya hidup ini masih dilakukan oleh banyak orang Kristen dan gereja yang lewat persembahannya, bantuannya kepada orang miskin, para korban bencana alam, beasiswa pendidikan, kepada orang jompo, keberpihakan kepada korban-korban ketidakadilan, dan lain-lain.